Hari pertama di SMU..
Pagi ini dalam perjalanan ke sekolah, entah aku masih mengantuk atau dalam keadaan sadar. Tapi aku melihat sesosok malaikat kecil berjalan di depanku. Sampai di sekolah, aku baru sadar malaikat kecil itu bukan angan-angan dalam tidurku. Karena sekarang di hadapanku berdiri seorang gadis manis, rambutnya terurai. Hm...pantas saja aku mengira bahwa tadi aku melihat seorang malaikat, gadis itu begitu sempurna.
Dan mulai saat itu aku terus memperhatikannya dari belakang. Aku selalu mengawasi rambutnya yang bergerak seirama langkah kecilnya, menikmatitiap gelak tawanya, dan indahnya dari kejauhan. Aku mungkin tidak akan pernah berani untuk menyatakan ini, biar ku simpan saja keindahan ini dalam hati.
14 February 04..
Hari ini hampir semua anak-anak di sekolah heboh sekali. Semua seolah menanti-nanti hari ini, Hari Kasih Sayang kata mereka. Aku ingin sekali memberikan sesuatu yang dia suka pada hari ini. Tapi, aku mungkin tidak akan pernah berani untuk memberikan ini. Karena aku takut akan penolakan dan semua kesedihan. Sama seperti hari-hari sebelum ini, aku masih terus menikmati keindahannya dari sini.
Tahun ajaran ke dua..
Hari ini aku bahagia sekali. Ini pertama kali, dan aku berharap ini bukan yang terakhir kalinya dia tersenyum padaku. Dan dia menyebut namaku, saat itu aku benar-benar merasa dia sadar akan kehadiranku selama ini. Aku semakin mengaguminya. Bibir mungilnya tersungging dengan lembut, matanya begitu jernih saat menatapku. Entah mengapa tiba-tiba benih keberanian tumbuh dalam diriku, mungkin senyum malaikat itu yang sudah membangkitkan aura lain dalam tubuhku. Aku langsung berfikir akan menyatakan seluruh isi hatiku.
14 February 05..
Kemarin aku sudah membeli 1 buket mawar putih kesukaannya, di situ aku menyelipkan secarik kertas dengan kata-kata: Kamu bukan saja matahari dalam siangku, tapi juga bintang dalam malamku. Kamu mungkin bukan seorang malaikat, tapi di mataku kamu lebih dari seorang malaikat. Aku ingin menemuimu di taman hari ini. Tunggu aku jam 5, aku pasti datang. Dan saat ini, aku sedang mencoba mengumpulkan semua keberanianku untuk menuliskan sepenggal kata dalam kertas ini. Kata itu tidak sulit, aku begitu hapal bagaimana menulisnya karena kata itu adalah namaku.
Jam 4 sore..
Saat ini, aku sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Dan berharap aku dapat
menyampainkan apa yang aku rasakan ini. Jantungku ini tidak bisa diajak kompromi, ia terus
berdetak tak menentu. Membuatku tambah grogi saja gerutuku dalam hati. Tapi di sisi lain aku terus tersenyum, bahagia sekali akhirnya aku punya keberanian seperti ini.
Jam 5 sore di taman...
Detik ini, aku sedang memandangi seorang gadis berjalan seiring pria di sampingnya. Gadis itu terlihat begitu bahagia saat pria itu merangkul pinggangnya. Ia menoleh dan langsung tersenyum. Mungkin aku akan ikut tersenyum dan merasakan kebahagiaan sang gadis jika gadis itu bukan malaikatku. Dan masih pada detik yang sama, aku merasakan seluruh rongga dalam tubuhku terasa kosong, tapi pada detik selanjutnya aku merasakan seluruh nyeri pada tubuhku.
Keesokan harinya..
Dan saat ini juga aku sudah memutuskan untuk melupakan dan ingin berusaha melupakan
kepedihan ini. Omong kosong bila aku mengatakan bahwa aku mencoba melupakan dia,
karena dia tidak akan pernah terlupakan.
10 tahun kemudian..
Kemarin aku memeriksakan diri ke dokter. Dan dokter memvonis bahwa aku terkena leukeumia dan jalan hidupku sudah tidak lama lagi, tinggal 100 hari, aku langsung shock. Usiaku masih belia, pikirku. Mengapa dunia ini begitu kejam padaku? Memang sepertinya kisah sedih ini diciptakan seutuhnya untukku.
Hari ke 99 menjelang kematianku..
Selama 99 hari ini aku sudah mengunjungi semua kerabat, keluarga dan semua teman-teman terdekatku. Aku sudah tau bahwa mereka pasti akan sama shocknya denganku saat aku mengucapkan selamat tinggal pada mereka. (Aku merasa bersalah karena membuat ibuku pingsan dengan berita ini.) Tapi hanya satu orang yang belum aku kunjungi selama 99 hari ini. Dia adalah malaikatku. Aku ingin di saat-saat terakhir hidupku, aku sedang memikirkan dia. Sekali lagi membayangkan segala sisi indahnya, semua gejolak aku terima saat memandangnya walau hanya dari belakang.
Hari ke 100..
Saat ini aku sedang terbaring di rumah sakit. Mungkin waktuku benar-benar tinggal sedikit,
walau tidak pernah ada yang mengatakan padaku. Aku merasa payah sekali hari ini. Rasanya semua tenaga yang aku punya sudah menguap dan terbawa angin. Dan sampai saat ini aku masih terus membayangkan indahnya malaikatku.
Beberapa menit sebelum aku meninggal..
Pintu kamarku diketuk, mungkin seorang suster akan memberikan terapi terakhir untukku, itu yang ada di benakku. Betapa terkejutnya aku, seorang gadis berdiri di depan pintu, matanya begitu sendu seolah baru selesai menangis setelah berhari-hari. Dia adalah malaikatku. Tiba-tiba dia berkata, Mengapa saat itu kau tidak datang? Padahal aku sudah menunggu terus menunggumu. Sampai kakakku berkali-kali mengatakan bahwa kami lebih baik pulang saja. Kakak? Tanyaku dalam hati. Lalu dia meneruskan, Kamu belum sempat menemuiku saat itu, dan mengapa sekarang kau akan pergi begitu saja?? Sedetik kemudian dia mulai menangis sambil datang memelukku.
Sedetik sebelum kematianku aku mendengar suara merdu malaikat berkata, Aku mencintaimu Hm...mungkin kisah sedih ini tidak seutuhnya milikku, karena di akhir hidupku seharusnya aku hidup bahagia bersama gadis yang aku cintai.
download cerita ini di sini
Back
No comments:
Post a Comment